Minggu, 23 Januari 2011

Untuk sementara konsentarasi di fokuskan ke Pura Penataran Pande Tamblingan.


Sesuai dengan Bhisama Pande pertama, berupa bhisama agar Warga Pande tidak lupa menyungsung Pura Besakih dan Pura Penataran Pande di Besakih. Bhisama ini dipesankan dengan tegas oleh Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala di Pura Bukit Indrakila sebagai berikut : ”Mangke hiyun ira turun ing Besaki. Didine ane Penataran Pande. Kita aywa lupa bakti ring kawitan ring Besakih”. (Sekarang kupesankan kepadamu, pergilah engkau ke Besakih. Disana ada Penataran Pande. Jangan lupa sujud bakti kepada kawitanmu di Besakih).

Sesuai dengan bhisama inilah warga pande yang ada di Bali bahkan seluruh Indonesia selalu inagt dan tangkil ke PuraPenataran Pande yang ada di pura besakih. Disamping itu pula di kawasan Danau Batur, kintamani Bangli juga ada Pura Penataran Pande yang bernama Pura Penataran Pande Batur. Sejak terbentuknya Pengurus Maha Semaya Warga Pande pada tahun 1971,Pura Penataran Pande di Besakih dan Batur ini ditetapkan sebagai pura penataran pande yang menjadi sungsungan warga pande dimanapun berada, disamping juga pura kawitan pande yang tersebar diseluruh bali, Lombok, lampung dan Sulawesi.

Bhisama ke lima menuturkan, ”Mangkana kengeta, aja lali wruhakena wwang sanakta kabeh. Kita sadaya ajwa lupa ring kajaten, duk ring Yambhu dwipa turun ka Yawa dwipa, tan len Sira Mpu Brahma Wisesa kawitan sira Pande kang ana wayeng Bali-pulina. Kita mangke asanak ring Pande kabeh. Aywa ngucap ming telu, sadohe ming ro. Tan ana sor tan ana luhur, tunggal pwa witnis nguni, kadi anggan ing pang ning kayu-kayu mara jatin ira. Ana awah ana juga tan pawah. Kalingania mangkana juga kita asanak, tan dai angadol kadang. Aja amumpang laku, aywa arok ring wwang hina-laksana”. (ingatlah selalu, jang lupa dengan seluruh keluargamu. Kita tidak boleh lupa dengan jati diri, sejak dari India, sampai ke pulau Jawa, tidak lain Mpu Brahma Wisesa leluhurmu termasuk yang ada di pulau Bali. Kalian semuanya keturunan Pande. Kalian adalah sedarah daging. Jangan merasa memindon (saudara tingkat III) sejauh-jauhnya adalah memisan (saudara tingkat II). Tidak ada yang lebih rendah, tidak ada yang lebih tinggi. Seperti pohon ada yang berbuah ada yang tidak berbuah (bernasib baik-tidak bernasib baik). Tetapi kalian semua tetap bersaudara, tidak boleh menjual saudara. Jangan berbuat tidak baik, jangan sombong pada orang yang tidak baik. Sesuai dengan bhisama kelima ini, warga pande selalu menyatakan bahwa dirinya adalah satu.

Dengan ditemukannya situs tamblingan oleh pan siwi yang dilanjutkan oleh dedes, konsentrasi di fokuskan ke tamblingan, tanpa mengesampingkan pura penataran pande besakih dan batur. Situs tamblingan merupakan peninggalan sejarah warga pande yang sering disebut Pande Bangke Mawong yang merupakan Pabrik Senjata Terbesar di dunia pada sekitar abad ke 13 – 14 masehi, yang kemudian dihancurkan oleh majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada (Sejarah tentang situs tamblingan dapat dilihat di: www.pandebaik.com)

Setelah ditemukannya situs tamblingan ini, Dedes (Pak Gede Sutama) mulai merintis pembentukan pura bersama semeton pande dari celuk sukawati gianyar. Pasca terlaksananya Pesamuan Agung MSWP Bali Ke IV di Besakih tahun 2007 bertepat di museum neka ubud pada awal januari 2008, MSWP Bali memfokuskan pembangunan Pura di tepi danau tamblingan yang merupakan situs peninggalan purbakala ini.

Kurun waktu tahun 2008 – 2010 pembangunan Pura Penataran Pande Tamblingan dapat terwujud, berkat kerja keras seluruh semeton pande yang ada di nusantara ini. Tepatnya pada tumpek kelurut (Enam Bulan yang lalu) Bertepatan dengan Purnama Kasa (Purnama Pertama) dilaksanakan Upacara Melaspas yang di iringi dengan Karya Tapa, Yadnya lan Kerti ring Pura Penataran Pande Tamblingan sane megenah ring penepi ersanya, ulun danu, alas ukir tamblingan. Antusias warga pada saat itu sangat tinggi, sehingga karya pertama di tamblingan ini di katakana sebagai Tonggak Bersatunya Kembali warga Pande di Bali. Piodalan di Pura Penataran Pande Tamblingan ini ditetapakan satu tahun sekali yaitu pada purnama kasa.

Pada tanggal 9 Januari 2011, dalam acara rapat pertanggung jawaban panitia loka sabha III MSWP Badung yang bertempat di Pura dalem Pande Sibang Kaja Abiansemal Badung, SEKUM MSWP Bali Ir. Iketut Sunadra, M.Si. mengatakan: Sesuai dengan hasil paruman Pengurus MSWP Bali bersama pekandelan Pura Penataran Pande Tamblingan pada tumpek Kuningan Kemarin, telah diputuskan bahwa “konsentarsi saat ini di fokuskan ke Tamblingan tanpa melupakan Pura Penataran Pande Lainnya. Untuk itu saya mohon semeton semuanya hadir tanggal 19 januari 2011 di tamblingan dalam acara Nuasen Arca Ardenaresawi (Brahma saraswati) dan Paruman Sri Empu seluruh Bali yang di ketuai oleh Ida Sri Empu Nabe Taman Bali banggli.

Tanggal 19 januari 2011 bertepatan dengan purnama ke ulu paruman sri empu pande berjalan dengan lancar, meskipun dibawah cuaca yang tidak mendukung dan jalan menuju ke Pura yang sangat berlumpur dan licin. Rapat yang di hadiri hampir seluruh Sri Empi PandeSe-Bali, Penguruskan MSWP Provinsi, Pengurus MSWP Kabupaten Kota dan banyak semeton pande, rapat tersebut mencapai kesepakatan : “bahwa Pada Purnama Kasa rahina sukra paing uku kuningan (Penampahan Kuningan ) tanggal 15 Juli 2011 nanti akan dilanjutkan dengan KaryaPujawali, Mapeselang dan Mepedanan di Pura Penataran Pande Tamblingan”.

Sehubungan dengan kelanjutan karya tersebut, kami atas nama Pengurus Yowana Paramartha Warga Pande Kabupaten Badung mewakili Pengurus MSWP Provinsi Bali, mengajak semua semeton pande untuk kembali ikut berkonsentrasi kembali Ke Pura Penataran Pande Tamblingan. Semoga dengan Terlaksananya kelanjutan Karya Di Tamblingan ini dapat dijadikan tonggak kebangkitan paikjetan pasemeton Pande.

Info:

Saat ini dilaksanakan Pembangunan Pepelik, Bale Peselang dan Bale Gong. Untuk itu kami mohon dukungan dari semeton semuanya baik secara moral dan material

Sabtu, 15 Januari 2011

Megawati: Penegakan hukum kehilangan martabat

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menilai penegakkan hukum telah kehilangan martabatnya karena lebih mudah ditegakkan kepada kelompok lemah, akan tetapi takluk di bawah kaki kekuasaan.

Demikian penilaian yang dikemukakan oleh Presiden RI kelima itu melihat perkembangan hukum selama 2010 dalam keterangannya kepada wartawan hari ini. Megawati mengatakan tahun 2010 diwarnai oleh memburuknya kepatuhan pada hukum yang merupakan fondasi dari tertib sosial dan rasa saling percaya.

"Penegakan hukum telah kehilangan martabat dan substansi keadilan, sehingga hukum lebih mudah ditegakkan pada rakyat jelata, akan tetapi tidak berdaya ketika menghadapi mafia pajak Gayus Tambunan, kejahatan perbankan kasus Bank Century dan pencurian kekayaan alam,” ujarnya kita.

Dia menambahkan hukum seolah-olah ditampilkan sebagai garda terdepan untuk melayani keadilan. Namun begitu banyak kasus hukum yang dipamerkan tetapi tidak ada penyelesaian.

"Hal inilah yang menjadi masalah pokok kita selama 2010, hukum justru takluk di telapak kaki kekuasaan,” katanya.

Menurut Megawati, situasi hukum tahun lalu ditandai dengan praktik street justice karena munculnya kelompok dan individu yang merasa memiliki hak moral untuk bertindak atas nama hukum dan keadilan.

"Mereka membakar, mereka mengusir, mereka mengadili, bahkan ada yang terbunuh atas nama hukum, agama dan keadilan tanpa negara dapat berbuat banyak," ujarnya.

Lebih jauh Megawati mengatakan tahun 2010 mengungkapkan tantangan dan keprihatinan yang tidak kalah gentingnya. Ada paradoks yang luar biasa terhadap prestasi perekonomian kita.

Secara statistik, ujarnya, telah terjadi peningkatan prestasi makro ekonomi, akan tetapi di ujung ekstrim yang lain, terdengar suara rintihan bagian terbesar rakyat kelas bawah yang semakin terhimpit secara ekonomi dan tercampak secara sosial.

"Tingkat kemiskinan terus bertahan sementara angka pengangguran terus bertahta angkuh pada tingkat yang mencemaskan,” katanya.

Menurut dia, arah pembangunan dan pengelolaan ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar telah membuat pemerintah lalai akan fungsi distribusi yang berkeadilan. "Sudah saatnya kita canangkan kembali cita-cita kemakmuran yang berkeadilan sebagai skala prioritas tertinggi," harap Megawati.

Terkait dengan kinerja kepemimpinan nasional, Megawati mengatakan bahwa sebagai bangsa, kualitas kepemimpinan nasional semakin tergerus oleh ketidakmampuan di dalam menentukan kemana bangsa ini akan diarahkan. Menurut dia, kepemimpinan nasional belum mampu membangun harapan serta optimisme terhadap masa depan bangsa.

"Saya paham betul bahwa tantangan yang dihadapi bangsa ini tidak kecil, tidaklah ringan. Karena itulah diperlukan konsolidasi dan mobilisasi semua kekuatan kolektif kita sebagai bangsa untuk bergotong royong menjawab tantangan tersebut,” katanya.

Konsolidasi tersebut, ujarnya, bukanlah soal bagi bagi kekuasaan. Namun, soal ideologi, soal masa depan bersama yang diidealkan, soal nation and character building dan soal keberpihakan pada rakyat,” ujar Megawati.(yn)
http://www.bisnis.com/index.php/hukum/korupsi/5565-megawati-penegakan-hukum-kehilangan-martabat