Senin, 03 September 2012

Eda Ngaden Awak Bisa


Sebuah makna lagu yang saya dapatkan dari senior Beli Pandya asal penarukan tabanan yang tentunya bisa dipakai acuan dalam kehidupan ini : “ Lagu Bali eda Ngaden awak Bisa”
Eda ngaden awak bisa mengandung makna : Rendahkanlah hatimu ketika engkau  melayani dengan kerendahan hati dalam mencari pengetahuan, maka orang yang bijaksana akan memberikannmu petunjuk.
Depang anake ngadanin: Fokuskan perhatian pada tujuan, jangan mempedulikan hal – hal yang tidak sesuai tujuan.
Geginane buka nyampat : Proses atma jnana adalah proses pembersihan diri, yaitu membersihkan kesadaran kita.
Anak sai tumbuh luhu : karena setiap aktivitas akan melahirkan ketegangan di system syaraf sehingga membuat kelelahan.
Ilang luhu buke katah : jika kelelahan amatlah mudah dijernihkan, tetapi debu – debu karma masa lampau yang tersimpan dalam system syaraf lebih rumit lagi dan jumlahmya lebih banyak.
Wiadin ririh, liu enu pepelajahan : Atma Jnana adalah pengetahuan yang teramat luastersusun dan terbuka sesuai peningktana kesadaran (centana) setiap orang tidak terbatas.

Jumat, 04 Mei 2012

Semangat Pasamatonan Tertuang Dalam Karya Memukur Bersama Warga Pande Kabupaten Badung


Ingatlah selalu, jangan  lupa dengan seluruh keluargamu. Kita tidak boleh lupa dengan jati diri, sejak dari India, sampai ke pulau Jawa, tidak lain Mpu Brahma Wisesa leluhurmu termasuk yang ada di pulau Bali. Kalian semuanya keturunan Pande. Kalian adalah sedarah daging. Jangan merasa memindon (saudara tingkat III) sejauh-jauhnya adalah memisan (saudara tingkat II). Tidak ada yang lebih rendah, tidak ada yang lebih tinggi. Seperti pohon ada yang berbuah ada yang tidak berbuah (bernasib baik-tidak bernasib baik). Tetapi kalian semua tetap bersaudara, tidak boleh menjual saudara. Jangan berbuat tidak baik, jangan sombong pada orang yang tidak baik. Isi dari Bhisama Mpu Siwa Saguna Kepada Brahmana Dwala inilah yang menjadi dasar suksesnya pelaksanaan Karya Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya yang dilaksanakan Maha Samaya Warga Pande Kabupaten Badung pada hari rabu 2 mei 2012 di Balai Banjar Pandean Desa Mengwi Kecamatan Mengwi Mangupura Badung.
       Hadir memberikan motivasi dalam pelaksanaan karya  memukur, mepandes dan mepetik ini : Wakil Gubernur Bali Drs. AA Puspayoga, Bupati Badung yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung IB. Anom Basma, Ketua DPRD Kabupaten Badung I Nyoman Giriprasta, Pengurus Maha Samaya Warga Pande Provinsi Bali, Ketua Yowana Paramartha Warga Pande Provinsi Bali, Ketua Maha Samaya Warga Pande Kabupaten/Kota se – Bali, MUSPICAM Mengwi, Perbekel Mengwi, Bendesa Adat Mengwi serta seluruh Warga Pande Kabupaten Badung.
Ketua Panitia  Karya Gde Santika, SE menyampaikan, puncak pelakasanaan yadnya ini dimulai pada hari ini selasa 1 mei 2012, dilaksanakan rangkean upacara, Nganget don bingin, pecaruan, murwa daksina dan  lainnya, yang di puput Yajamana karya  Ida Sira Empu Arya Palaka Griya Santa Budi Kediri Tabanan dan Sira Empu Dharmapala vajrapani Griya Taman Saraswati Tunggak Bebandem Karangasem. Pada malam harinya  dilaksanakan Dharmawacana oleh Ida Sira Empu Pande Gede Karuna Putra dari Griya Pande Taman Maitri Bawana Budeng Putih  Jembrana tentang Makna Pelaksanaan Memukur secara Agama Hindu dan Kepandean.
Rabu  2 mei 2012 dilaksanakan mepandes, narpana saji, mepetik, meperelina dan ngeseng sekah Kapuput oleh Tiga Sira Empu Pande diantaranya Ida Sira Empu Arya palaka Griya Santa Budi Banjar Pande Kediri Tabanan, Ida Sira Empu Pande aji dari Griya Suci Tatasan Denpasar dan Sira Empu Dharma Adnyana Griya Taman Bratan Samyaji, Singaraja. Nyegara gunung dilaksanakan pada hari kamis 3 mei 2012 di pantai seseh mengwi.
Rasa haru dan bangga dinyatakan oleh Ketua Maha Samaya Warga Pande kabupaten Badung I Made Pande Sukayasa, SH. Pelaksanaan yadnya ini merupakan yang pertama dilaksanakan oleh Maha Samaya warga Pande Kabupaten Badung dan akan menjadi program yang berkelanjutan, yang dilaksanakan dalam tiga sampai lima tahun sekali. Pande Sukayasa menyampaikan pelaksanaan karya Pitra Yadnya dan Manusia yadnya ini berlandaskan ajaran Tri  Para Artha Dharma yaitu: tiga cara untuk mengamalkan dharma, diantaranya Asih, Punia dan Bhakti, sebagai bentuk permohonan agar mendapat perlindungan dan pertolongan Hyang Widhi beserta ista dewatanya dan para leluhur yang telah amor ring acintya (DEWASRAYA). Sudah pasti dengan dilaksanakan bersama, biaya yang diperlukan lebih sedikit. Sehingga dana yang ada bisa digunakan untuk kegiatan yang lain.
Semetara itu HUMAS Karya Dego Pande Suryantara menyampaikan, rangkaian yadnya bersama ini masih ada lagi satu tahapan yaitu Karya Bebayuhan Sapuleger yang dilaksanakan pada hari jumat tanggal 25 mei 2012 di Balai Banjar Pandean Mengwi. Kami mengajak semua Warga Pande yang memiliki anak  yang lahir pada wuku wayang, bila belum melaksanakan yadnya bebayuhan sapuleger untuk turut serta dalam kegiatan yadnya bersama. Mewakili panitia kami memohon maaf yang sebesar – besarnya apabila dalam pelaksanaan yadnya ini ada hal – hal yang tidak berkenan. Terimakasi kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya pelaksanaan karya pitra yadnya dan manusa yadnya ini, imbuh Dego Pande yang Juga Ketua Yowana Paramartha Warga Pande Kabupaten Badung.

Senin, 02 April 2012

Asal Mula Istilah Pande


Mengapa disebut Pande?

Di Indonesia pernah kita mengenal beberapa sekta antara lain Sekta Aji Saka, Sekta Maarkandeya, Sekta Waisnawa, Sekta Agastya, Sekta Pasupatiya, Sekta Ganadipa, Sekta Buda Mahayana, Sekta Budha Tantrayana, Sekta Bhairawa, Sekta Siwa, Sekta Bramana, Sekta Rudra, Sekta Maisora, Sekta Sambu dan masih banyak lainnya. Diantara sekta sekta tersebut yang lebih dikenal di indonesia adalah Sekta Sakeya atau Sekta Saka. Aliran ini masuk ke indoensia pada tahun 75 masehi, sehingga tahun tersebut disebut tahun saka bernafaskan ajaran Brahma Siwa.

Di Bali jelas dapat kita lihat bahwa perkembangan agama sekta - sekta itu terjadi di jaman Kesari Warmadewa, kemudian memasuki zaman Kerajaan Udayana. Pada masa ini jelas sekali terlihat ciri-ciri sekta yang berkembang di Bali. Menurut catatan tidak kurang dari 16 sekta yang ada masing masing dengan ciri-cirinya antara lain :

1. Aliran Pasupatinya: memuliakan matahari sebagai manifestasi Hyang Widhi, selanjutnya tata pelaksanaan persembahyangannya disebut surya sewana

2. Aliran Ganaspatinya : memuliakan dewa Ganesha sebagai manifestasi Hyang Widhi, ciri-cirinya disetiap tempat angker atau dianggap suci ditempatkan arca ganesha, memuliakan dewa angin

3. Aliran Budha Mahayana, Budha Bairawa, Budha Hinayana, Tantriisma Putih, Tantriisma Hitam: diantara aliran tersebut terdapat bekas bukti ajarannya adalah aliran Bhairawa, antara lain makan sepuasnya, makan darah lawar, tuak arak. Ajaran ini paling terkenal di jamannya. Bukti-bukti ajaran yang masih ditinggalkan sampai sekarang adalah makan lawar, komoh dengan darah.,

4. Ajaran Panestian, teluh, leak, terangjana disebut aliran pengiwa.

5. Ajaran pengobatan, pengelantih sabuk - sabuk dari pekakas balian disebut aliran penengen.

Ciri ciri aliran bairawa tersebut paling nyata sampai sekarang bisa dikenali di bali dan justru dilarang oleh pengembang brahma wisnu budha. Jelaslah aliran bairawa yang dianut oleh raja Maya Denawa yang pernah menggemparkan bali, ditandai dengan makan lawar yaitu makanan dari daging mentah dicampur darah mentah, minum arak dan tuak dan bersenggama.

Kemudian mengamalkan ajaran pengiwa seperti angleak, aneluh, arangjana kemudian penengen dengan mengajarkan pengentih, pkekebalan, guna-guna yang menurut ajaran weda sangat dilarang untuk dipelajari dan dikembangkan.

Justru di bali ajaran ini pernah berkuasa di jamannya raja Jaya Kesunu atau raja Jaya pangus, dari perselisihan aliran siwa brahma waisnawa dengan aliran bairawa kemudian menimbulkan peperangan dibali. Raja Maya Denawa aliran bairawa bermarkas di batur berperang dengan aliran brahma siwa waisnawa yang bermarkas di besakih dengan raja Jaya Pangus sebagai tokohnya. Dalam perang besar janam itulah yang melahirkan mitos yang amat kesohor disebut Galungan (hari raya galungan) ditandai dengan terbunuhnya raja maya denawa di bedulu di pinggiran kali petanu.

Demikian gambaran singkat tentang sekta-sekta di bali jaman itu, selanjutnya terus berkembang sampai jaman Prabu Udayana sekitar tahun 1001 masehi. Di periode tahun inilah lahir paham ajaran Tri Murti dimana keseluruhan sekta yang ada di bali telah dipersatukan menjadi satu kepercayaan disebut “Tri Murti” (brahma, wisnu siwa) selanjutnya kita mengenal dengan Padma Tiga, cikal bakal adanya padma di bali sebagai simbol periyangan Hyang Widhi.

Berkenaan dengan wangsa Paandie yang akan dibahas tidak bisa terlepas dari perkembangan sekta-sekta yang telah dibahas tadi, dan dibali khususnya karena wangsa Paandie itu sendiri merupakan salah satu bagian dari ajaran tersebut.

Adapun sumber ajaran Paandie itu berasal dari sekta brahmana ialah salah satu sekta yang telah berkembang yang menempati urutan sangat penting diantara sekta lainnya. Pengikutnya bergelar “Wamsa Brahmana Paandie, di Nusantara pada saat itu dikenal dengan Wangsa Brahmana Paandie. Lebih jelasnya sekarang di jawa setelah hindu jatuh ketangan islam, istilah brahmana tidak tampak lagi tetapi wangsanya masih ada yang sekarang disebut pande besi, pande mas dan lainnya.

Tetapi keberadaannya sangat berbeda dengan yang ada di bali. Di luar bali wangsa Paandie itu lebih berarti profesi saja, tidak ada kaitannya apa - apa satu dengan lainnya. Tidak ada prasasti yang mengikat atau kewajiban moral dan ritual seperti yang ada dibali.

Di Bali Wangsa Paandie diikat dengan prasasti-prasasti dan Wimamsa-wimamsa (Bhisama) leluhur dan secara rohaniah berhubungan sangat erat antara keluarga satu dengan keluarga lainnya dibawah istilah wangsa.”

Prasasti prasasti yang sangat mengikat yang sangat terkenal disebut “Pustaka Bang Tawang” sedangkan tempat Penyiwiannya disebut Gedong Sinapa atau Batur Kemulan Kesuhunan Kidul. Pustaka bang tawang mengandung ajaran kawikon, kawisesan, dan ajaran tantang raja parana, dewa tatwa dan pamurtining aksara (ilmu sastra) juga termuat sebagai dasar dari segala dasar ajaran sastra.

Yang terpenting yang tidak dimiliki oleh ajaran-ajaran sekta lainnya adalah ajaran “Aji Pande Wesi” merupakan ilmu unggulan yang dimiliki oleh aliran Wangsa Paandie. Dilihat dari prasasti dan dewa yang dipuja puji jelaslah bahwa wangsa Paandie ini dahulunya menganut sekta brahmana. Sedangkan kiblat pemujaannya berada di Kidul “kasuhunan kidul selatan” tempat berstananya dewa brahma menurut tatwa dewata nawa sanga.

Jadi ajaran pande wesi inilah nantinya akan melahirkan istilah Aji Paandie yang belakangan sangat terkenal yang tidak dimiliki oleh ajaran sekte lainnya. Ajaran - ajaran utama yang termuat di dalam Pustaka Bang Tawang, selain ilmu unggulan “aji Wesi juga memuat ajaran Pemurtining Aksara (kesusastraan) seperti Aksara Dewa, Dasaksara, Pancaksara, Panca Brahma, Aksara Permuting Bumi, (ilmu tentang terjadinya alam semesta), Panca Bayu dan lainnya yang semuanya sangat penting.

Dari semua yang utama yang paling penting yang akan melahirkan istilah Paandie itu adalah “Tatwa Aji Wesi” yang di dalam kelompok pustakanya disebut ajaran “Aji Panca Bayu” Aji panca bayu merupakan bagian dari ajaran panca brahma pancaksara yang berakar dari aji dasaksara pamurtining aksara anacaraka sastra kesusastraan. Aji ngaran Sastra, Saka ngaran Tiang ngaran Pokok (ngaran = bermakna) yang secara umum mengandung pengertian yaitu Sumber dari ajaran Sastra Kesusastraan. Sastra ngaran tastas, ngaran terang benderang. Astra ngaran api ngaran sinar (dengan mengenal api orang akan mengenal terang, sebaliknya orang yang tidak mengenal sastra sama dengan buta huruf berarti hidup dalam kegelapan)

Demikian kesimpulan penjelasan Tatwa Aksara (filsafat aksara) yang tercantum di dalam Aji Saraswati, yang berarti tak terbatas sari patinya. Mengenai ajaran Aji Panca Bayu yang melahirkan istilah Paandie dijelaskan sebagai berikut:

Dalam ajaran Aji Panca Bayu memuat lima ajaran inti tentang Panca Cakra atau panca bayu merupakan panca rahasia disebut panca prana yang sangat dirahasiakan hanya boleh diberikan kepada penganut sekte brahmana. Panca bayu –panca cakra itu meliputi :

1. Prana mantram: sumber dari segala sumber kekuatan cakra bertempat di papusuhan atau pada jantung, keluar melalui hidung berfungsi sebagai hembusan

2. Apana mantram: kekuatan cakra bersumber pada pori pori seluruh tubuh, keluar menjadi air disebut Palungan (sumber air)

3. Sabana mantram : kekuatan cakra bersumber pada hati, keluar menjadi api melalui mata kanan;

4. Udana mantram : kekuatan bersumber pada ubun-ubun keluar menjadi garam (inti Baja)

5. Byana Mantram : kekuatan cakra bersumber pada tiga persendian utama : paha, tangan, jari.

Cakram mantram mengalir kepada paha menjadi kekuatan tanpa tanding, tahan api menyebabkan paha menjadi keras berfungsi sebagai landasan.

Cakram mantram mengalir ke tangan menyebabkan seluruh tangan menjadi kuat dan keras, tahan api, berfungsi sebagai palu.

Cakram mantram mengalir keseluruh jari jari tangan membuat jari menjadi tahan api, berfungsi sebagai penjepit atau sepit.

Dari ketiga sumber kekuatan inilah lalu melahirkan istilah Paandie (dilafalkan cepat jadi Pande) yang kronologinya sebagai berikut : Pa ngaran paha, An ngaran tangan, Die ngaran jeriji (ngaran = berarti).

Ketiga aksara tersebut menurti menjadi satu disebut Paandie selanjutnya ajaran tersebut disebut “ Sundari Bungkah Sundari Nerus” sedangkan pustakanya disebut Pustaka Bang Tawang, Bagi mereka yang memasuki dan memperdalam aji kawikon disebut Brahma Paandie, bagi mereka yang memperdalam Aji Kewisesan Satria disebut Arya Kepaandian” arya dalam bahasa jawa sama dengan Kesatria, sama dengan Gusti dalam singgih Bali. Selanjutnya bagi mereka yang menganut aliran Brahma ini disebut Wamsa Paandie atau lebih poluler disebut Wamsa Paandie, sedangkan tempat pemujaan pustakanya disebut Gedong Sinapa atau Gedong Batur Kemulan Kasuhun Kidul.

(Yande Putrawan : www.wargapande.org)

Rabu, 28 Maret 2012

Peringati Ulang tahun pertama Yowana Paramartha warga Pande Kabupaten Tabanan laksanakan Bakti Sosial Kesehatan

Sehubungan dengan rangkaian peringatan hari ulang tahun yang pertama, Yowana Paramartha Warga Pande Kabupaten Tabanan melaksanakan kegiatan bakti sosial kesehatan pada hari minggu 25 maret 2012. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu membantu masyarakat dari segi kesehatan serta mensosialisasikan keberadaan Yowana Paramartha Warga Pande pada masyarakat umum. Demikian hal yang disampaikan Ketua Yowana Paramartha Warga Pande Kabupaten Tabanan Pande Septino. Lokasi yang diambil yaitu di SD N 2 Gadungan Banjar Cepaka Desa Gadung Sari Kecamatan Selemadeg Timur Tabanan. Terpilihnya Desa gadung Sari karena Desa ini baru saja mengalami Pemekaran wilayah dari Desa Gadungan. Desa gadung Sari terdiri dari tiga banjar. Hadir Dalam Kesempatan itu dari intern Warga Pande yaitu : Pembina Yowana Pande Tabanan Bapak I Putu Rustika (Pande Teduh), dari pengelingsir MSWP Tabanan hadir Jero Mangku Soka Yasa, I Made Suparma, I Ketut Suadiyasa dan I Ketut Suardiana. Dari kalangan Yowana hadir saya sendiri dalam kapasitas sebagai Ketua Yowana Paramartha Warga Pande Kabupaten Badung, sekaligus mewakili Ketua Yowana Paramartha Warga Pande Provinsi Bali, Ketua Yowana Paramartha Warga Pande Kota Denpasar, juga hadir tokoh Yowana Pande seperti : I Nyoman Artha Wibawa (Pande Baik), I Pande Putu Yadnya (Pande Bali), Pande Gunawan, Putu Adi Susanta, I Putu sanjaya (Bagus Kone) beserta Panitia pelaksana dari Yowana Paramartha Warga Pande Kabupaten Tabanan yang dipimpin Ketua Panitia Novi Ariyanati dan Sekretarisnya Gektu Cipluks. Dari masyarakat umum Hadir Perbekel desa Gadung Sari Iwayan Sindreg, Kepala SDN 2 Gadungan I Made Sukadi, puluhan Warga Desa Gadung sari , beserta tenaga medis.

Dalam laporannya Ketua Panitia Novi Ariyanti menyampaiakan bahwa kegiatan Bakti Sosial ini dibagi dalam tiga bagian yaitu: Pemeriksaan Kesehatan Umum, Pemeriksaan Gigi bagi anak – anak dan Penyluhan Kesehatan Reproduksi serta Penyuluhan HIV AIDS untuk kalangan remaja.

Kegiatan Pemeriksaan kesehatan umum di bantu oleh Dr I Gede Hendra Wijaya Beserta Bidan desa setempat Ni Wayan Adnya wati. Pemeriksaan Gigi di bantu oleh Drg Pande Made Ayu Mahadewi, Penyuluhan Remaja diisi oleh Ni Nyoman ayu Desi Sekarini untuk KESPRO dan I Made Sidi dari Komisi Pananggulangan AIDS Tabanan memberikan materi HIV – AIDS. Kegiatan Bakti Sosial ini sudah dipersiapkan dari bulan pebruari serta semua biaya dan obat – obatan diperoleh dari sumbangan dari intern samaton pande dan juga dari warra di luar samaton pande dan Pemerintah Kabupaten Tabanan imbuh Novi.

Saya sendiri mewakili Ketua Yowana Paramartha Warga Pande Provinsi Bali dipercaya untuk membuka acara dan menyampaikan pesan dari Bapak I Komang Suarsana tentang rasa bangganya kepada Yowana Paramartha Warga pande Kabupaten Tabanan karena selalu terdepan dalan setiap Program Yowana paramartha Warga Pande Provinsi Bali.

Ucapan terimakasi disampaikan oleh Perbekel Desa Gadung Sari I wayan Sindreg, karena memilih wilayahnya dalam kegiatan Bakti Sosial ini karena Desa Gadung Sari Baru di mekarkan dari Desa Gadungan serta kegiatan Bakti Sosial ini bisa dipakai salah satu catatan kegiatan Pemerintahan Desa Karena di tahun 2013 nanti, Desa Gadung Sari dipercaya untuk Mewakili kecamatan selemadeg Timur dalam Lomba Desa Dinas tingkat Kabupaten Tabanan. Diakhir acara dilaksanakan Pemotongan Tumpeng dan makan siang bersama sebgai tanda berkahirnya kegiatan Bakti Sosial Tersebut .