Senin, 02 April 2012

Asal Mula Istilah Pande


Mengapa disebut Pande?

Di Indonesia pernah kita mengenal beberapa sekta antara lain Sekta Aji Saka, Sekta Maarkandeya, Sekta Waisnawa, Sekta Agastya, Sekta Pasupatiya, Sekta Ganadipa, Sekta Buda Mahayana, Sekta Budha Tantrayana, Sekta Bhairawa, Sekta Siwa, Sekta Bramana, Sekta Rudra, Sekta Maisora, Sekta Sambu dan masih banyak lainnya. Diantara sekta sekta tersebut yang lebih dikenal di indonesia adalah Sekta Sakeya atau Sekta Saka. Aliran ini masuk ke indoensia pada tahun 75 masehi, sehingga tahun tersebut disebut tahun saka bernafaskan ajaran Brahma Siwa.

Di Bali jelas dapat kita lihat bahwa perkembangan agama sekta - sekta itu terjadi di jaman Kesari Warmadewa, kemudian memasuki zaman Kerajaan Udayana. Pada masa ini jelas sekali terlihat ciri-ciri sekta yang berkembang di Bali. Menurut catatan tidak kurang dari 16 sekta yang ada masing masing dengan ciri-cirinya antara lain :

1. Aliran Pasupatinya: memuliakan matahari sebagai manifestasi Hyang Widhi, selanjutnya tata pelaksanaan persembahyangannya disebut surya sewana

2. Aliran Ganaspatinya : memuliakan dewa Ganesha sebagai manifestasi Hyang Widhi, ciri-cirinya disetiap tempat angker atau dianggap suci ditempatkan arca ganesha, memuliakan dewa angin

3. Aliran Budha Mahayana, Budha Bairawa, Budha Hinayana, Tantriisma Putih, Tantriisma Hitam: diantara aliran tersebut terdapat bekas bukti ajarannya adalah aliran Bhairawa, antara lain makan sepuasnya, makan darah lawar, tuak arak. Ajaran ini paling terkenal di jamannya. Bukti-bukti ajaran yang masih ditinggalkan sampai sekarang adalah makan lawar, komoh dengan darah.,

4. Ajaran Panestian, teluh, leak, terangjana disebut aliran pengiwa.

5. Ajaran pengobatan, pengelantih sabuk - sabuk dari pekakas balian disebut aliran penengen.

Ciri ciri aliran bairawa tersebut paling nyata sampai sekarang bisa dikenali di bali dan justru dilarang oleh pengembang brahma wisnu budha. Jelaslah aliran bairawa yang dianut oleh raja Maya Denawa yang pernah menggemparkan bali, ditandai dengan makan lawar yaitu makanan dari daging mentah dicampur darah mentah, minum arak dan tuak dan bersenggama.

Kemudian mengamalkan ajaran pengiwa seperti angleak, aneluh, arangjana kemudian penengen dengan mengajarkan pengentih, pkekebalan, guna-guna yang menurut ajaran weda sangat dilarang untuk dipelajari dan dikembangkan.

Justru di bali ajaran ini pernah berkuasa di jamannya raja Jaya Kesunu atau raja Jaya pangus, dari perselisihan aliran siwa brahma waisnawa dengan aliran bairawa kemudian menimbulkan peperangan dibali. Raja Maya Denawa aliran bairawa bermarkas di batur berperang dengan aliran brahma siwa waisnawa yang bermarkas di besakih dengan raja Jaya Pangus sebagai tokohnya. Dalam perang besar janam itulah yang melahirkan mitos yang amat kesohor disebut Galungan (hari raya galungan) ditandai dengan terbunuhnya raja maya denawa di bedulu di pinggiran kali petanu.

Demikian gambaran singkat tentang sekta-sekta di bali jaman itu, selanjutnya terus berkembang sampai jaman Prabu Udayana sekitar tahun 1001 masehi. Di periode tahun inilah lahir paham ajaran Tri Murti dimana keseluruhan sekta yang ada di bali telah dipersatukan menjadi satu kepercayaan disebut “Tri Murti” (brahma, wisnu siwa) selanjutnya kita mengenal dengan Padma Tiga, cikal bakal adanya padma di bali sebagai simbol periyangan Hyang Widhi.

Berkenaan dengan wangsa Paandie yang akan dibahas tidak bisa terlepas dari perkembangan sekta-sekta yang telah dibahas tadi, dan dibali khususnya karena wangsa Paandie itu sendiri merupakan salah satu bagian dari ajaran tersebut.

Adapun sumber ajaran Paandie itu berasal dari sekta brahmana ialah salah satu sekta yang telah berkembang yang menempati urutan sangat penting diantara sekta lainnya. Pengikutnya bergelar “Wamsa Brahmana Paandie, di Nusantara pada saat itu dikenal dengan Wangsa Brahmana Paandie. Lebih jelasnya sekarang di jawa setelah hindu jatuh ketangan islam, istilah brahmana tidak tampak lagi tetapi wangsanya masih ada yang sekarang disebut pande besi, pande mas dan lainnya.

Tetapi keberadaannya sangat berbeda dengan yang ada di bali. Di luar bali wangsa Paandie itu lebih berarti profesi saja, tidak ada kaitannya apa - apa satu dengan lainnya. Tidak ada prasasti yang mengikat atau kewajiban moral dan ritual seperti yang ada dibali.

Di Bali Wangsa Paandie diikat dengan prasasti-prasasti dan Wimamsa-wimamsa (Bhisama) leluhur dan secara rohaniah berhubungan sangat erat antara keluarga satu dengan keluarga lainnya dibawah istilah wangsa.”

Prasasti prasasti yang sangat mengikat yang sangat terkenal disebut “Pustaka Bang Tawang” sedangkan tempat Penyiwiannya disebut Gedong Sinapa atau Batur Kemulan Kesuhunan Kidul. Pustaka bang tawang mengandung ajaran kawikon, kawisesan, dan ajaran tantang raja parana, dewa tatwa dan pamurtining aksara (ilmu sastra) juga termuat sebagai dasar dari segala dasar ajaran sastra.

Yang terpenting yang tidak dimiliki oleh ajaran-ajaran sekta lainnya adalah ajaran “Aji Pande Wesi” merupakan ilmu unggulan yang dimiliki oleh aliran Wangsa Paandie. Dilihat dari prasasti dan dewa yang dipuja puji jelaslah bahwa wangsa Paandie ini dahulunya menganut sekta brahmana. Sedangkan kiblat pemujaannya berada di Kidul “kasuhunan kidul selatan” tempat berstananya dewa brahma menurut tatwa dewata nawa sanga.

Jadi ajaran pande wesi inilah nantinya akan melahirkan istilah Aji Paandie yang belakangan sangat terkenal yang tidak dimiliki oleh ajaran sekte lainnya. Ajaran - ajaran utama yang termuat di dalam Pustaka Bang Tawang, selain ilmu unggulan “aji Wesi juga memuat ajaran Pemurtining Aksara (kesusastraan) seperti Aksara Dewa, Dasaksara, Pancaksara, Panca Brahma, Aksara Permuting Bumi, (ilmu tentang terjadinya alam semesta), Panca Bayu dan lainnya yang semuanya sangat penting.

Dari semua yang utama yang paling penting yang akan melahirkan istilah Paandie itu adalah “Tatwa Aji Wesi” yang di dalam kelompok pustakanya disebut ajaran “Aji Panca Bayu” Aji panca bayu merupakan bagian dari ajaran panca brahma pancaksara yang berakar dari aji dasaksara pamurtining aksara anacaraka sastra kesusastraan. Aji ngaran Sastra, Saka ngaran Tiang ngaran Pokok (ngaran = bermakna) yang secara umum mengandung pengertian yaitu Sumber dari ajaran Sastra Kesusastraan. Sastra ngaran tastas, ngaran terang benderang. Astra ngaran api ngaran sinar (dengan mengenal api orang akan mengenal terang, sebaliknya orang yang tidak mengenal sastra sama dengan buta huruf berarti hidup dalam kegelapan)

Demikian kesimpulan penjelasan Tatwa Aksara (filsafat aksara) yang tercantum di dalam Aji Saraswati, yang berarti tak terbatas sari patinya. Mengenai ajaran Aji Panca Bayu yang melahirkan istilah Paandie dijelaskan sebagai berikut:

Dalam ajaran Aji Panca Bayu memuat lima ajaran inti tentang Panca Cakra atau panca bayu merupakan panca rahasia disebut panca prana yang sangat dirahasiakan hanya boleh diberikan kepada penganut sekte brahmana. Panca bayu –panca cakra itu meliputi :

1. Prana mantram: sumber dari segala sumber kekuatan cakra bertempat di papusuhan atau pada jantung, keluar melalui hidung berfungsi sebagai hembusan

2. Apana mantram: kekuatan cakra bersumber pada pori pori seluruh tubuh, keluar menjadi air disebut Palungan (sumber air)

3. Sabana mantram : kekuatan cakra bersumber pada hati, keluar menjadi api melalui mata kanan;

4. Udana mantram : kekuatan bersumber pada ubun-ubun keluar menjadi garam (inti Baja)

5. Byana Mantram : kekuatan cakra bersumber pada tiga persendian utama : paha, tangan, jari.

Cakram mantram mengalir kepada paha menjadi kekuatan tanpa tanding, tahan api menyebabkan paha menjadi keras berfungsi sebagai landasan.

Cakram mantram mengalir ke tangan menyebabkan seluruh tangan menjadi kuat dan keras, tahan api, berfungsi sebagai palu.

Cakram mantram mengalir keseluruh jari jari tangan membuat jari menjadi tahan api, berfungsi sebagai penjepit atau sepit.

Dari ketiga sumber kekuatan inilah lalu melahirkan istilah Paandie (dilafalkan cepat jadi Pande) yang kronologinya sebagai berikut : Pa ngaran paha, An ngaran tangan, Die ngaran jeriji (ngaran = berarti).

Ketiga aksara tersebut menurti menjadi satu disebut Paandie selanjutnya ajaran tersebut disebut “ Sundari Bungkah Sundari Nerus” sedangkan pustakanya disebut Pustaka Bang Tawang, Bagi mereka yang memasuki dan memperdalam aji kawikon disebut Brahma Paandie, bagi mereka yang memperdalam Aji Kewisesan Satria disebut Arya Kepaandian” arya dalam bahasa jawa sama dengan Kesatria, sama dengan Gusti dalam singgih Bali. Selanjutnya bagi mereka yang menganut aliran Brahma ini disebut Wamsa Paandie atau lebih poluler disebut Wamsa Paandie, sedangkan tempat pemujaan pustakanya disebut Gedong Sinapa atau Gedong Batur Kemulan Kasuhun Kidul.

(Yande Putrawan : www.wargapande.org)

3 komentar:

  1. om swastyastu,
    suksma antuk post yang sangat berbobot niki bli,
    tyang sebagai pembaca sangat apresiatif terhadap tulisan bli niki,
    untuk lebih bagusnya menurut tyang perlu juga di tambahkan link ke sumber yang bli kutip, agar bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh bisa sekalian menemukan sumbernya,
    om santih, santih, santih om

    BalasHapus
  2. sudah tiang cantumkan alamatnya di www.wargapande.org yang tentunya sdh berasal dari referensi yg di dapat oleh penulisnya

    BalasHapus
  3. boleh ijin copy ini bli??
    sekalian mampir ya d blognya gektu,,
    http://gektuciplukzpande.blogspot.com/

    BalasHapus